Keterbatasan materi keluarga tak membuat anak-anak ini patah semangat.
Gayatri, siswi SMA Siwalima, Ambon ini menguasai Bahasa Inggris,
Perancis, Jerman, Korea, Jepang, India, Italia, Spanyol, Belanda,
Mandarin, Arab, Rusia, dan Tagalog. Semua bahasa ini dia pelajari secara
otodidak alias belajar tanpa guru.
---
FORUM Anak Nasional (FAN) 2013 melahirkan banyak prestasi, bukan saja di tingkat nasional melainkan internasional. Sebut saja Gayatri Wailissa yang berasal dari Ambon, dan Nurul Indriyani asal Grobogan, Jawa Tengah yang membanggakan bangsa ini.
Gayatri tampil menjadi juru bicara anak dalam pertemuan Asia Pasifik. Sedangkan Nurul Indriyani mewakili anak-anak se-Asia Pasifik di forum International Day of The Girl, di Markas PBB, New York, Amerika Serikat, pada 11 Oktober 2012.
Nurul yang duduk Kelas 1 Madrasah Aliyah Mamba’ul Ulum, Kabupaten Demak ini mewakili anak-anak perempuan di wilayah Asia Pasifik mendapat apresiasi dari Pemerintah Indonesia. Melalui Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, pemerintah menyatakan dukungannya atas keikutsertaan Nurul di forum internatonal PBB ini. Forum ini merupakan event resmi PBB untuk memperjuangkan keadilan dan kesetaraan bagi anak perempuan di dunia.
Adapun Gayatri Wailissa terlahir dari keluarga sederhana, namun bukan menjadi halangan baginya untuk mencapai prestasi tinggi. Ayahnya Deddy Darwis Wailissa perajin kaligrafi, sedangkan ibunya Nurul Idawaty ibu rumah tangga biasa. Keterbatasan materi keluarga tak membuat Gayatri patah semangat.
Segala kemampuan yang ada dalam dirinya dikembangkan. Bakat seni hingga kemampuan berbagai bahasa, semuanya digali dari dirinya dengan cara yang sederhana. Kemauan besarlah yang membuatnya mampu menghalau semua rintangan yang ada. Kemampuan menari, baca puisi, serta teater. Yang paling menakjubkan kemampuannya bermain biola.
Gayatri mampu berbahasa asing dengan 11 bahasa dunia, Inggris, Perancis, Jerman, Korea, Jepang, India, Italia, Spanyol, Belanda, Mandarin, dan Arab. Saat ini sedang belajar Bahasa Rusia dan Bahasa Tagalog dari Filipina. Semua bahasa ini dia pelajari secara otodidak alias belajar tanpa guru.
“Saya suka nonton film kartun dan mendengar lagu bahasa asing, rasa penasaran saya akan bahasa membuat saya mencari tahu arti dan bagaimana mengucapkannya, dari buku saya pelajari tata bahasanya dari film dan lagu saya pelajari pengucapannya dan dari kamus saya hafalin kosa katanya,” begitu Gayatri di sela-sela Forum Anak Nasional (FAN) 2013, yang digelar di Yogyakarta, 24-26 Juni 2013.
“Karena di Ambon, tempat kursus bahasa sulit apalagi saya tidak punya biaya, makanya begitulah cara saya mempelajari bahasa asing,’’sambung gadis yang telah menguasai empat bahasa asing di usia 13 tahun ini.
Dari kemampuannya ini, Gayatri mencoba berbagai upaya. Dia bahkan menjadi salah satu siswa unggulan yang berhasil masuk seleksi untuk menjadi duta anak, mulai dari tingkat provinsi hingga tingkat nasional, dari seleksi kepribadian hingga kemampuan intelektual, dia lantas masuk 10 besar terpilih mengikuti seleksi mewakili Indonesia menjadi Duta ASEAN untuk anak tahun 2012-2013.
Gayatri, kemudian terpilih mewakili Indonesia ke tingkat ASEAN dan mengikuti pertemuan anak di Thailand dalam Convention On The Right of The Child (CRC) atau Konvensi Hak-hak Anak tingkat ASEAN. Untuk pertama kalinya seorang anak Maluku, mengemban tugas negara dan menjadi delegasi tunggal. Dalam forum ASEAN ini, Gayatri mendapat tempat terhormat dan disapa doktor karena kemampuan 11 bahasa asing yang dikuasainya itu.
‘’Karena hanya saya yang mampu menguasai 11 bahasa. Saya diminta membantu menerjemahkan ketika peserta forum anak ingin menyampaikan sesuatu, saya lantas diberi gelar doktor karena kemampuan saya itu,’’ kata Gayatri yang pernah menjabat pemimpin redaksi untuk Koran Suara Anak Maluku.
Gayatri merasa miris, sebagai putri kelahiran Maluku, dan menyandang marga Wailissa, dia seperti anak tiri di tanah kelahirannya. “Secara nasional, orang mengenal saya sebagai Duta ASEAN untuk anak asal Maluku, dan saya bangga karena saya terlahir sebagai putri Maluku,” paparnya.
“Saya ingin menjadi diplomat termuda sebelum usia 20 tahun,’’harapnya.
Kini Gayatri masih menjalani pendidikan di SMA Siwalima, SMA unggulan di Maluku. Banyak rintangan yang dihadapi, tapi prinsipnya luar biasa dan selalu memotivasi dirinya,
‘’Berpikir dan berbuatlah di luar kotak, jika masih berpikir di dalam kotak pasti akan terbentur empat sisi kotak, takkan bisa kemana-mana, tapi jika bisa berpikir out of box, kita akan menjadi manusia merdeka yang mampu berpikir terbuka,’’ pungkasnya.
Gayatri meraih sejumlah prestasi di antaranya Juara 1 Kompetisi Cerita Rakyat 2006, Juara Bertutur Kanak-kanak 2007, Juara 2 Lomba Cerpen Nasional 2008, Juara 1 Lomba Cipta Puisi 2009, Juara 3 Lomba Baca Puisi Provinsi 2009, Juara 1 Debat Konsep Pembangunan Daerah 2010, dan Juara 2 Karya Tarian Kreasi Baru 2010.
Kemudian Juara Peragaan Busana Fashion Putri Daerah 2011, Nominasi 3 Besar Icon Busana Nasional 2011, Juara 1 Lomba Pidato Hari Anak Nasional 2011, Juara 2 Lomba Karya Ilmiah dan Sains Terapan 2012.
Lalu Medali Perunggu Olimpiade Sains Astronomi 2012, Juara Karya Tulis Sastra Nasional 2012, Juara 1 Lomba Pidato Remaja Hari Kebangkitan Nasional 2012, dan Juara Essay Nasional Hari Perdamaian Dunia 2012.
Sedangkan kegiatannya sebagai Pimpinan Redaksi Majalah Anak (SuaraAnak Maluku), Pengurus Forum Anak Maluku, Ketua Forum Perdamaian (Kapata Damai), Penerjemah Bahasa, pemandu wisata, Penulis Sastra (Puisi, Prosa, Novel), Instruktur Club Teater, Penyiar Radio Swasta – SiaranAnak, Reporter/Presenter/Host, Icon Clip Flim Documenter. (djo)
---
FORUM Anak Nasional (FAN) 2013 melahirkan banyak prestasi, bukan saja di tingkat nasional melainkan internasional. Sebut saja Gayatri Wailissa yang berasal dari Ambon, dan Nurul Indriyani asal Grobogan, Jawa Tengah yang membanggakan bangsa ini.
Gayatri tampil menjadi juru bicara anak dalam pertemuan Asia Pasifik. Sedangkan Nurul Indriyani mewakili anak-anak se-Asia Pasifik di forum International Day of The Girl, di Markas PBB, New York, Amerika Serikat, pada 11 Oktober 2012.
Nurul yang duduk Kelas 1 Madrasah Aliyah Mamba’ul Ulum, Kabupaten Demak ini mewakili anak-anak perempuan di wilayah Asia Pasifik mendapat apresiasi dari Pemerintah Indonesia. Melalui Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, pemerintah menyatakan dukungannya atas keikutsertaan Nurul di forum internatonal PBB ini. Forum ini merupakan event resmi PBB untuk memperjuangkan keadilan dan kesetaraan bagi anak perempuan di dunia.
Adapun Gayatri Wailissa terlahir dari keluarga sederhana, namun bukan menjadi halangan baginya untuk mencapai prestasi tinggi. Ayahnya Deddy Darwis Wailissa perajin kaligrafi, sedangkan ibunya Nurul Idawaty ibu rumah tangga biasa. Keterbatasan materi keluarga tak membuat Gayatri patah semangat.
Segala kemampuan yang ada dalam dirinya dikembangkan. Bakat seni hingga kemampuan berbagai bahasa, semuanya digali dari dirinya dengan cara yang sederhana. Kemauan besarlah yang membuatnya mampu menghalau semua rintangan yang ada. Kemampuan menari, baca puisi, serta teater. Yang paling menakjubkan kemampuannya bermain biola.
Gayatri mampu berbahasa asing dengan 11 bahasa dunia, Inggris, Perancis, Jerman, Korea, Jepang, India, Italia, Spanyol, Belanda, Mandarin, dan Arab. Saat ini sedang belajar Bahasa Rusia dan Bahasa Tagalog dari Filipina. Semua bahasa ini dia pelajari secara otodidak alias belajar tanpa guru.
“Saya suka nonton film kartun dan mendengar lagu bahasa asing, rasa penasaran saya akan bahasa membuat saya mencari tahu arti dan bagaimana mengucapkannya, dari buku saya pelajari tata bahasanya dari film dan lagu saya pelajari pengucapannya dan dari kamus saya hafalin kosa katanya,” begitu Gayatri di sela-sela Forum Anak Nasional (FAN) 2013, yang digelar di Yogyakarta, 24-26 Juni 2013.
“Karena di Ambon, tempat kursus bahasa sulit apalagi saya tidak punya biaya, makanya begitulah cara saya mempelajari bahasa asing,’’sambung gadis yang telah menguasai empat bahasa asing di usia 13 tahun ini.
Dari kemampuannya ini, Gayatri mencoba berbagai upaya. Dia bahkan menjadi salah satu siswa unggulan yang berhasil masuk seleksi untuk menjadi duta anak, mulai dari tingkat provinsi hingga tingkat nasional, dari seleksi kepribadian hingga kemampuan intelektual, dia lantas masuk 10 besar terpilih mengikuti seleksi mewakili Indonesia menjadi Duta ASEAN untuk anak tahun 2012-2013.
Gayatri, kemudian terpilih mewakili Indonesia ke tingkat ASEAN dan mengikuti pertemuan anak di Thailand dalam Convention On The Right of The Child (CRC) atau Konvensi Hak-hak Anak tingkat ASEAN. Untuk pertama kalinya seorang anak Maluku, mengemban tugas negara dan menjadi delegasi tunggal. Dalam forum ASEAN ini, Gayatri mendapat tempat terhormat dan disapa doktor karena kemampuan 11 bahasa asing yang dikuasainya itu.
‘’Karena hanya saya yang mampu menguasai 11 bahasa. Saya diminta membantu menerjemahkan ketika peserta forum anak ingin menyampaikan sesuatu, saya lantas diberi gelar doktor karena kemampuan saya itu,’’ kata Gayatri yang pernah menjabat pemimpin redaksi untuk Koran Suara Anak Maluku.
Gayatri merasa miris, sebagai putri kelahiran Maluku, dan menyandang marga Wailissa, dia seperti anak tiri di tanah kelahirannya. “Secara nasional, orang mengenal saya sebagai Duta ASEAN untuk anak asal Maluku, dan saya bangga karena saya terlahir sebagai putri Maluku,” paparnya.
“Saya ingin menjadi diplomat termuda sebelum usia 20 tahun,’’harapnya.
Kini Gayatri masih menjalani pendidikan di SMA Siwalima, SMA unggulan di Maluku. Banyak rintangan yang dihadapi, tapi prinsipnya luar biasa dan selalu memotivasi dirinya,
‘’Berpikir dan berbuatlah di luar kotak, jika masih berpikir di dalam kotak pasti akan terbentur empat sisi kotak, takkan bisa kemana-mana, tapi jika bisa berpikir out of box, kita akan menjadi manusia merdeka yang mampu berpikir terbuka,’’ pungkasnya.
Gayatri meraih sejumlah prestasi di antaranya Juara 1 Kompetisi Cerita Rakyat 2006, Juara Bertutur Kanak-kanak 2007, Juara 2 Lomba Cerpen Nasional 2008, Juara 1 Lomba Cipta Puisi 2009, Juara 3 Lomba Baca Puisi Provinsi 2009, Juara 1 Debat Konsep Pembangunan Daerah 2010, dan Juara 2 Karya Tarian Kreasi Baru 2010.
Kemudian Juara Peragaan Busana Fashion Putri Daerah 2011, Nominasi 3 Besar Icon Busana Nasional 2011, Juara 1 Lomba Pidato Hari Anak Nasional 2011, Juara 2 Lomba Karya Ilmiah dan Sains Terapan 2012.
Lalu Medali Perunggu Olimpiade Sains Astronomi 2012, Juara Karya Tulis Sastra Nasional 2012, Juara 1 Lomba Pidato Remaja Hari Kebangkitan Nasional 2012, dan Juara Essay Nasional Hari Perdamaian Dunia 2012.
Sedangkan kegiatannya sebagai Pimpinan Redaksi Majalah Anak (SuaraAnak Maluku), Pengurus Forum Anak Maluku, Ketua Forum Perdamaian (Kapata Damai), Penerjemah Bahasa, pemandu wisata, Penulis Sastra (Puisi, Prosa, Novel), Instruktur Club Teater, Penyiar Radio Swasta – SiaranAnak, Reporter/Presenter/Host, Icon Clip Flim Documenter. (djo)
Keterbatasan materi keluarga tak membuat anak-anak ini patah semangat.
Gayatri, siswi SMA Siwalima, Ambon ini menguasai Bahasa Inggris,
Perancis, Jerman, Korea, Jepang, India, Italia, Spanyol, Belanda,
Mandarin, Arab, Rusia, dan Tagalog. Semua bahasa ini dia pelajari secara
otodidak alias belajar tanpa guru.
---
FORUM Anak Nasional (FAN) 2013 melahirkan banyak prestasi, bukan saja di tingkat nasional melainkan internasional. Sebut saja Gayatri Wailissa yang berasal dari Ambon, dan Nurul Indriyani asal Grobogan, Jawa Tengah yang membanggakan bangsa ini.
Gayatri tampil menjadi juru bicara anak dalam pertemuan Asia Pasifik. Sedangkan Nurul Indriyani mewakili anak-anak se-Asia Pasifik di forum International Day of The Girl, di Markas PBB, New York, Amerika Serikat, pada 11 Oktober 2012.
Nurul yang duduk Kelas 1 Madrasah Aliyah Mamba’ul Ulum, Kabupaten Demak ini mewakili anak-anak perempuan di wilayah Asia Pasifik mendapat apresiasi dari Pemerintah Indonesia. Melalui Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, pemerintah menyatakan dukungannya atas keikutsertaan Nurul di forum internatonal PBB ini. Forum ini merupakan event resmi PBB untuk memperjuangkan keadilan dan kesetaraan bagi anak perempuan di dunia.
Adapun Gayatri Wailissa terlahir dari keluarga sederhana, namun bukan menjadi halangan baginya untuk mencapai prestasi tinggi. Ayahnya Deddy Darwis Wailissa perajin kaligrafi, sedangkan ibunya Nurul Idawaty ibu rumah tangga biasa. Keterbatasan materi keluarga tak membuat Gayatri patah semangat.
Segala kemampuan yang ada dalam dirinya dikembangkan. Bakat seni hingga kemampuan berbagai bahasa, semuanya digali dari dirinya dengan cara yang sederhana. Kemauan besarlah yang membuatnya mampu menghalau semua rintangan yang ada. Kemampuan menari, baca puisi, serta teater. Yang paling menakjubkan kemampuannya bermain biola.
Gayatri mampu berbahasa asing dengan 11 bahasa dunia, Inggris, Perancis, Jerman, Korea, Jepang, India, Italia, Spanyol, Belanda, Mandarin, dan Arab. Saat ini sedang belajar Bahasa Rusia dan Bahasa Tagalog dari Filipina. Semua bahasa ini dia pelajari secara otodidak alias belajar tanpa guru.
“Saya suka nonton film kartun dan mendengar lagu bahasa asing, rasa penasaran saya akan bahasa membuat saya mencari tahu arti dan bagaimana mengucapkannya, dari buku saya pelajari tata bahasanya dari film dan lagu saya pelajari pengucapannya dan dari kamus saya hafalin kosa katanya,” begitu Gayatri di sela-sela Forum Anak Nasional (FAN) 2013, yang digelar di Yogyakarta, 24-26 Juni 2013.
“Karena di Ambon, tempat kursus bahasa sulit apalagi saya tidak punya biaya, makanya begitulah cara saya mempelajari bahasa asing,’’sambung gadis yang telah menguasai empat bahasa asing di usia 13 tahun ini.
Dari kemampuannya ini, Gayatri mencoba berbagai upaya. Dia bahkan menjadi salah satu siswa unggulan yang berhasil masuk seleksi untuk menjadi duta anak, mulai dari tingkat provinsi hingga tingkat nasional, dari seleksi kepribadian hingga kemampuan intelektual, dia lantas masuk 10 besar terpilih mengikuti seleksi mewakili Indonesia menjadi Duta ASEAN untuk anak tahun 2012-2013.
Gayatri, kemudian terpilih mewakili Indonesia ke tingkat ASEAN dan mengikuti pertemuan anak di Thailand dalam Convention On The Right of The Child (CRC) atau Konvensi Hak-hak Anak tingkat ASEAN. Untuk pertama kalinya seorang anak Maluku, mengemban tugas negara dan menjadi delegasi tunggal. Dalam forum ASEAN ini, Gayatri mendapat tempat terhormat dan disapa doktor karena kemampuan 11 bahasa asing yang dikuasainya itu.
‘’Karena hanya saya yang mampu menguasai 11 bahasa. Saya diminta membantu menerjemahkan ketika peserta forum anak ingin menyampaikan sesuatu, saya lantas diberi gelar doktor karena kemampuan saya itu,’’ kata Gayatri yang pernah menjabat pemimpin redaksi untuk Koran Suara Anak Maluku.
Gayatri merasa miris, sebagai putri kelahiran Maluku, dan menyandang marga Wailissa, dia seperti anak tiri di tanah kelahirannya. “Secara nasional, orang mengenal saya sebagai Duta ASEAN untuk anak asal Maluku, dan saya bangga karena saya terlahir sebagai putri Maluku,” paparnya.
“Saya ingin menjadi diplomat termuda sebelum usia 20 tahun,’’harapnya.
Kini Gayatri masih menjalani pendidikan di SMA Siwalima, SMA unggulan di Maluku. Banyak rintangan yang dihadapi, tapi prinsipnya luar biasa dan selalu memotivasi dirinya,
‘’Berpikir dan berbuatlah di luar kotak, jika masih berpikir di dalam kotak pasti akan terbentur empat sisi kotak, takkan bisa kemana-mana, tapi jika bisa berpikir out of box, kita akan menjadi manusia merdeka yang mampu berpikir terbuka,’’ pungkasnya.
Gayatri meraih sejumlah prestasi di antaranya Juara 1 Kompetisi Cerita Rakyat 2006, Juara Bertutur Kanak-kanak 2007, Juara 2 Lomba Cerpen Nasional 2008, Juara 1 Lomba Cipta Puisi 2009, Juara 3 Lomba Baca Puisi Provinsi 2009, Juara 1 Debat Konsep Pembangunan Daerah 2010, dan Juara 2 Karya Tarian Kreasi Baru 2010.
Kemudian Juara Peragaan Busana Fashion Putri Daerah 2011, Nominasi 3 Besar Icon Busana Nasional 2011, Juara 1 Lomba Pidato Hari Anak Nasional 2011, Juara 2 Lomba Karya Ilmiah dan Sains Terapan 2012.
Lalu Medali Perunggu Olimpiade Sains Astronomi 2012, Juara Karya Tulis Sastra Nasional 2012, Juara 1 Lomba Pidato Remaja Hari Kebangkitan Nasional 2012, dan Juara Essay Nasional Hari Perdamaian Dunia 2012.
Sedangkan kegiatannya sebagai Pimpinan Redaksi Majalah Anak (SuaraAnak Maluku), Pengurus Forum Anak Maluku, Ketua Forum Perdamaian (Kapata Damai), Penerjemah Bahasa, pemandu wisata, Penulis Sastra (Puisi, Prosa, Novel), Instruktur Club Teater, Penyiar Radio Swasta – SiaranAnak, Reporter/Presenter/Host, Icon Clip Flim Documenter. (djo)
---
FORUM Anak Nasional (FAN) 2013 melahirkan banyak prestasi, bukan saja di tingkat nasional melainkan internasional. Sebut saja Gayatri Wailissa yang berasal dari Ambon, dan Nurul Indriyani asal Grobogan, Jawa Tengah yang membanggakan bangsa ini.
Gayatri tampil menjadi juru bicara anak dalam pertemuan Asia Pasifik. Sedangkan Nurul Indriyani mewakili anak-anak se-Asia Pasifik di forum International Day of The Girl, di Markas PBB, New York, Amerika Serikat, pada 11 Oktober 2012.
Nurul yang duduk Kelas 1 Madrasah Aliyah Mamba’ul Ulum, Kabupaten Demak ini mewakili anak-anak perempuan di wilayah Asia Pasifik mendapat apresiasi dari Pemerintah Indonesia. Melalui Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, pemerintah menyatakan dukungannya atas keikutsertaan Nurul di forum internatonal PBB ini. Forum ini merupakan event resmi PBB untuk memperjuangkan keadilan dan kesetaraan bagi anak perempuan di dunia.
Adapun Gayatri Wailissa terlahir dari keluarga sederhana, namun bukan menjadi halangan baginya untuk mencapai prestasi tinggi. Ayahnya Deddy Darwis Wailissa perajin kaligrafi, sedangkan ibunya Nurul Idawaty ibu rumah tangga biasa. Keterbatasan materi keluarga tak membuat Gayatri patah semangat.
Segala kemampuan yang ada dalam dirinya dikembangkan. Bakat seni hingga kemampuan berbagai bahasa, semuanya digali dari dirinya dengan cara yang sederhana. Kemauan besarlah yang membuatnya mampu menghalau semua rintangan yang ada. Kemampuan menari, baca puisi, serta teater. Yang paling menakjubkan kemampuannya bermain biola.
Gayatri mampu berbahasa asing dengan 11 bahasa dunia, Inggris, Perancis, Jerman, Korea, Jepang, India, Italia, Spanyol, Belanda, Mandarin, dan Arab. Saat ini sedang belajar Bahasa Rusia dan Bahasa Tagalog dari Filipina. Semua bahasa ini dia pelajari secara otodidak alias belajar tanpa guru.
“Saya suka nonton film kartun dan mendengar lagu bahasa asing, rasa penasaran saya akan bahasa membuat saya mencari tahu arti dan bagaimana mengucapkannya, dari buku saya pelajari tata bahasanya dari film dan lagu saya pelajari pengucapannya dan dari kamus saya hafalin kosa katanya,” begitu Gayatri di sela-sela Forum Anak Nasional (FAN) 2013, yang digelar di Yogyakarta, 24-26 Juni 2013.
“Karena di Ambon, tempat kursus bahasa sulit apalagi saya tidak punya biaya, makanya begitulah cara saya mempelajari bahasa asing,’’sambung gadis yang telah menguasai empat bahasa asing di usia 13 tahun ini.
Dari kemampuannya ini, Gayatri mencoba berbagai upaya. Dia bahkan menjadi salah satu siswa unggulan yang berhasil masuk seleksi untuk menjadi duta anak, mulai dari tingkat provinsi hingga tingkat nasional, dari seleksi kepribadian hingga kemampuan intelektual, dia lantas masuk 10 besar terpilih mengikuti seleksi mewakili Indonesia menjadi Duta ASEAN untuk anak tahun 2012-2013.
Gayatri, kemudian terpilih mewakili Indonesia ke tingkat ASEAN dan mengikuti pertemuan anak di Thailand dalam Convention On The Right of The Child (CRC) atau Konvensi Hak-hak Anak tingkat ASEAN. Untuk pertama kalinya seorang anak Maluku, mengemban tugas negara dan menjadi delegasi tunggal. Dalam forum ASEAN ini, Gayatri mendapat tempat terhormat dan disapa doktor karena kemampuan 11 bahasa asing yang dikuasainya itu.
‘’Karena hanya saya yang mampu menguasai 11 bahasa. Saya diminta membantu menerjemahkan ketika peserta forum anak ingin menyampaikan sesuatu, saya lantas diberi gelar doktor karena kemampuan saya itu,’’ kata Gayatri yang pernah menjabat pemimpin redaksi untuk Koran Suara Anak Maluku.
Gayatri merasa miris, sebagai putri kelahiran Maluku, dan menyandang marga Wailissa, dia seperti anak tiri di tanah kelahirannya. “Secara nasional, orang mengenal saya sebagai Duta ASEAN untuk anak asal Maluku, dan saya bangga karena saya terlahir sebagai putri Maluku,” paparnya.
“Saya ingin menjadi diplomat termuda sebelum usia 20 tahun,’’harapnya.
Kini Gayatri masih menjalani pendidikan di SMA Siwalima, SMA unggulan di Maluku. Banyak rintangan yang dihadapi, tapi prinsipnya luar biasa dan selalu memotivasi dirinya,
‘’Berpikir dan berbuatlah di luar kotak, jika masih berpikir di dalam kotak pasti akan terbentur empat sisi kotak, takkan bisa kemana-mana, tapi jika bisa berpikir out of box, kita akan menjadi manusia merdeka yang mampu berpikir terbuka,’’ pungkasnya.
Gayatri meraih sejumlah prestasi di antaranya Juara 1 Kompetisi Cerita Rakyat 2006, Juara Bertutur Kanak-kanak 2007, Juara 2 Lomba Cerpen Nasional 2008, Juara 1 Lomba Cipta Puisi 2009, Juara 3 Lomba Baca Puisi Provinsi 2009, Juara 1 Debat Konsep Pembangunan Daerah 2010, dan Juara 2 Karya Tarian Kreasi Baru 2010.
Kemudian Juara Peragaan Busana Fashion Putri Daerah 2011, Nominasi 3 Besar Icon Busana Nasional 2011, Juara 1 Lomba Pidato Hari Anak Nasional 2011, Juara 2 Lomba Karya Ilmiah dan Sains Terapan 2012.
Lalu Medali Perunggu Olimpiade Sains Astronomi 2012, Juara Karya Tulis Sastra Nasional 2012, Juara 1 Lomba Pidato Remaja Hari Kebangkitan Nasional 2012, dan Juara Essay Nasional Hari Perdamaian Dunia 2012.
Sedangkan kegiatannya sebagai Pimpinan Redaksi Majalah Anak (SuaraAnak Maluku), Pengurus Forum Anak Maluku, Ketua Forum Perdamaian (Kapata Damai), Penerjemah Bahasa, pemandu wisata, Penulis Sastra (Puisi, Prosa, Novel), Instruktur Club Teater, Penyiar Radio Swasta – SiaranAnak, Reporter/Presenter/Host, Icon Clip Flim Documenter. (djo)
Keterbatasan materi keluarga tak membuat anak-anak ini patah semangat.
Gayatri, siswi SMA Siwalima, Ambon ini menguasai Bahasa Inggris,
Perancis, Jerman, Korea, Jepang, India, Italia, Spanyol, Belanda,
Mandarin, Arab, Rusia, dan Tagalog. Semua bahasa ini dia pelajari secara
otodidak alias belajar tanpa guru.
---
FORUM Anak Nasional (FAN) 2013 melahirkan banyak prestasi, bukan saja di tingkat nasional melainkan internasional. Sebut saja Gayatri Wailissa yang berasal dari Ambon, dan Nurul Indriyani asal Grobogan, Jawa Tengah yang membanggakan bangsa ini.
Gayatri tampil menjadi juru bicara anak dalam pertemuan Asia Pasifik. Sedangkan Nurul Indriyani mewakili anak-anak se-Asia Pasifik di forum International Day of The Girl, di Markas PBB, New York, Amerika Serikat, pada 11 Oktober 2012.
Nurul yang duduk Kelas 1 Madrasah Aliyah Mamba’ul Ulum, Kabupaten Demak ini mewakili anak-anak perempuan di wilayah Asia Pasifik mendapat apresiasi dari Pemerintah Indonesia. Melalui Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, pemerintah menyatakan dukungannya atas keikutsertaan Nurul di forum internatonal PBB ini. Forum ini merupakan event resmi PBB untuk memperjuangkan keadilan dan kesetaraan bagi anak perempuan di dunia.
Adapun Gayatri Wailissa terlahir dari keluarga sederhana, namun bukan menjadi halangan baginya untuk mencapai prestasi tinggi. Ayahnya Deddy Darwis Wailissa perajin kaligrafi, sedangkan ibunya Nurul Idawaty ibu rumah tangga biasa. Keterbatasan materi keluarga tak membuat Gayatri patah semangat.
Segala kemampuan yang ada dalam dirinya dikembangkan. Bakat seni hingga kemampuan berbagai bahasa, semuanya digali dari dirinya dengan cara yang sederhana. Kemauan besarlah yang membuatnya mampu menghalau semua rintangan yang ada. Kemampuan menari, baca puisi, serta teater. Yang paling menakjubkan kemampuannya bermain biola.
Gayatri mampu berbahasa asing dengan 11 bahasa dunia, Inggris, Perancis, Jerman, Korea, Jepang, India, Italia, Spanyol, Belanda, Mandarin, dan Arab. Saat ini sedang belajar Bahasa Rusia dan Bahasa Tagalog dari Filipina. Semua bahasa ini dia pelajari secara otodidak alias belajar tanpa guru.
“Saya suka nonton film kartun dan mendengar lagu bahasa asing, rasa penasaran saya akan bahasa membuat saya mencari tahu arti dan bagaimana mengucapkannya, dari buku saya pelajari tata bahasanya dari film dan lagu saya pelajari pengucapannya dan dari kamus saya hafalin kosa katanya,” begitu Gayatri di sela-sela Forum Anak Nasional (FAN) 2013, yang digelar di Yogyakarta, 24-26 Juni 2013.
“Karena di Ambon, tempat kursus bahasa sulit apalagi saya tidak punya biaya, makanya begitulah cara saya mempelajari bahasa asing,’’sambung gadis yang telah menguasai empat bahasa asing di usia 13 tahun ini.
Dari kemampuannya ini, Gayatri mencoba berbagai upaya. Dia bahkan menjadi salah satu siswa unggulan yang berhasil masuk seleksi untuk menjadi duta anak, mulai dari tingkat provinsi hingga tingkat nasional, dari seleksi kepribadian hingga kemampuan intelektual, dia lantas masuk 10 besar terpilih mengikuti seleksi mewakili Indonesia menjadi Duta ASEAN untuk anak tahun 2012-2013.
Gayatri, kemudian terpilih mewakili Indonesia ke tingkat ASEAN dan mengikuti pertemuan anak di Thailand dalam Convention On The Right of The Child (CRC) atau Konvensi Hak-hak Anak tingkat ASEAN. Untuk pertama kalinya seorang anak Maluku, mengemban tugas negara dan menjadi delegasi tunggal. Dalam forum ASEAN ini, Gayatri mendapat tempat terhormat dan disapa doktor karena kemampuan 11 bahasa asing yang dikuasainya itu.
‘’Karena hanya saya yang mampu menguasai 11 bahasa. Saya diminta membantu menerjemahkan ketika peserta forum anak ingin menyampaikan sesuatu, saya lantas diberi gelar doktor karena kemampuan saya itu,’’ kata Gayatri yang pernah menjabat pemimpin redaksi untuk Koran Suara Anak Maluku.
Gayatri merasa miris, sebagai putri kelahiran Maluku, dan menyandang marga Wailissa, dia seperti anak tiri di tanah kelahirannya. “Secara nasional, orang mengenal saya sebagai Duta ASEAN untuk anak asal Maluku, dan saya bangga karena saya terlahir sebagai putri Maluku,” paparnya.
“Saya ingin menjadi diplomat termuda sebelum usia 20 tahun,’’harapnya.
Kini Gayatri masih menjalani pendidikan di SMA Siwalima, SMA unggulan di Maluku. Banyak rintangan yang dihadapi, tapi prinsipnya luar biasa dan selalu memotivasi dirinya,
‘’Berpikir dan berbuatlah di luar kotak, jika masih berpikir di dalam kotak pasti akan terbentur empat sisi kotak, takkan bisa kemana-mana, tapi jika bisa berpikir out of box, kita akan menjadi manusia merdeka yang mampu berpikir terbuka,’’ pungkasnya.
Gayatri meraih sejumlah prestasi di antaranya Juara 1 Kompetisi Cerita Rakyat 2006, Juara Bertutur Kanak-kanak 2007, Juara 2 Lomba Cerpen Nasional 2008, Juara 1 Lomba Cipta Puisi 2009, Juara 3 Lomba Baca Puisi Provinsi 2009, Juara 1 Debat Konsep Pembangunan Daerah 2010, dan Juara 2 Karya Tarian Kreasi Baru 2010.
Kemudian Juara Peragaan Busana Fashion Putri Daerah 2011, Nominasi 3 Besar Icon Busana Nasional 2011, Juara 1 Lomba Pidato Hari Anak Nasional 2011, Juara 2 Lomba Karya Ilmiah dan Sains Terapan 2012.
Lalu Medali Perunggu Olimpiade Sains Astronomi 2012, Juara Karya Tulis Sastra Nasional 2012, Juara 1 Lomba Pidato Remaja Hari Kebangkitan Nasional 2012, dan Juara Essay Nasional Hari Perdamaian Dunia 2012.
Sedangkan kegiatannya sebagai Pimpinan Redaksi Majalah Anak (SuaraAnak Maluku), Pengurus Forum Anak Maluku, Ketua Forum Perdamaian (Kapata Damai), Penerjemah Bahasa, pemandu wisata, Penulis Sastra (Puisi, Prosa, Novel), Instruktur Club Teater, Penyiar Radio Swasta – SiaranAnak, Reporter/Presenter/Host, Icon Clip Flim Documenter. (djo)
---
FORUM Anak Nasional (FAN) 2013 melahirkan banyak prestasi, bukan saja di tingkat nasional melainkan internasional. Sebut saja Gayatri Wailissa yang berasal dari Ambon, dan Nurul Indriyani asal Grobogan, Jawa Tengah yang membanggakan bangsa ini.
Gayatri tampil menjadi juru bicara anak dalam pertemuan Asia Pasifik. Sedangkan Nurul Indriyani mewakili anak-anak se-Asia Pasifik di forum International Day of The Girl, di Markas PBB, New York, Amerika Serikat, pada 11 Oktober 2012.
Nurul yang duduk Kelas 1 Madrasah Aliyah Mamba’ul Ulum, Kabupaten Demak ini mewakili anak-anak perempuan di wilayah Asia Pasifik mendapat apresiasi dari Pemerintah Indonesia. Melalui Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, pemerintah menyatakan dukungannya atas keikutsertaan Nurul di forum internatonal PBB ini. Forum ini merupakan event resmi PBB untuk memperjuangkan keadilan dan kesetaraan bagi anak perempuan di dunia.
Adapun Gayatri Wailissa terlahir dari keluarga sederhana, namun bukan menjadi halangan baginya untuk mencapai prestasi tinggi. Ayahnya Deddy Darwis Wailissa perajin kaligrafi, sedangkan ibunya Nurul Idawaty ibu rumah tangga biasa. Keterbatasan materi keluarga tak membuat Gayatri patah semangat.
Segala kemampuan yang ada dalam dirinya dikembangkan. Bakat seni hingga kemampuan berbagai bahasa, semuanya digali dari dirinya dengan cara yang sederhana. Kemauan besarlah yang membuatnya mampu menghalau semua rintangan yang ada. Kemampuan menari, baca puisi, serta teater. Yang paling menakjubkan kemampuannya bermain biola.
Gayatri mampu berbahasa asing dengan 11 bahasa dunia, Inggris, Perancis, Jerman, Korea, Jepang, India, Italia, Spanyol, Belanda, Mandarin, dan Arab. Saat ini sedang belajar Bahasa Rusia dan Bahasa Tagalog dari Filipina. Semua bahasa ini dia pelajari secara otodidak alias belajar tanpa guru.
“Saya suka nonton film kartun dan mendengar lagu bahasa asing, rasa penasaran saya akan bahasa membuat saya mencari tahu arti dan bagaimana mengucapkannya, dari buku saya pelajari tata bahasanya dari film dan lagu saya pelajari pengucapannya dan dari kamus saya hafalin kosa katanya,” begitu Gayatri di sela-sela Forum Anak Nasional (FAN) 2013, yang digelar di Yogyakarta, 24-26 Juni 2013.
“Karena di Ambon, tempat kursus bahasa sulit apalagi saya tidak punya biaya, makanya begitulah cara saya mempelajari bahasa asing,’’sambung gadis yang telah menguasai empat bahasa asing di usia 13 tahun ini.
Dari kemampuannya ini, Gayatri mencoba berbagai upaya. Dia bahkan menjadi salah satu siswa unggulan yang berhasil masuk seleksi untuk menjadi duta anak, mulai dari tingkat provinsi hingga tingkat nasional, dari seleksi kepribadian hingga kemampuan intelektual, dia lantas masuk 10 besar terpilih mengikuti seleksi mewakili Indonesia menjadi Duta ASEAN untuk anak tahun 2012-2013.
Gayatri, kemudian terpilih mewakili Indonesia ke tingkat ASEAN dan mengikuti pertemuan anak di Thailand dalam Convention On The Right of The Child (CRC) atau Konvensi Hak-hak Anak tingkat ASEAN. Untuk pertama kalinya seorang anak Maluku, mengemban tugas negara dan menjadi delegasi tunggal. Dalam forum ASEAN ini, Gayatri mendapat tempat terhormat dan disapa doktor karena kemampuan 11 bahasa asing yang dikuasainya itu.
‘’Karena hanya saya yang mampu menguasai 11 bahasa. Saya diminta membantu menerjemahkan ketika peserta forum anak ingin menyampaikan sesuatu, saya lantas diberi gelar doktor karena kemampuan saya itu,’’ kata Gayatri yang pernah menjabat pemimpin redaksi untuk Koran Suara Anak Maluku.
Gayatri merasa miris, sebagai putri kelahiran Maluku, dan menyandang marga Wailissa, dia seperti anak tiri di tanah kelahirannya. “Secara nasional, orang mengenal saya sebagai Duta ASEAN untuk anak asal Maluku, dan saya bangga karena saya terlahir sebagai putri Maluku,” paparnya.
“Saya ingin menjadi diplomat termuda sebelum usia 20 tahun,’’harapnya.
Kini Gayatri masih menjalani pendidikan di SMA Siwalima, SMA unggulan di Maluku. Banyak rintangan yang dihadapi, tapi prinsipnya luar biasa dan selalu memotivasi dirinya,
‘’Berpikir dan berbuatlah di luar kotak, jika masih berpikir di dalam kotak pasti akan terbentur empat sisi kotak, takkan bisa kemana-mana, tapi jika bisa berpikir out of box, kita akan menjadi manusia merdeka yang mampu berpikir terbuka,’’ pungkasnya.
Gayatri meraih sejumlah prestasi di antaranya Juara 1 Kompetisi Cerita Rakyat 2006, Juara Bertutur Kanak-kanak 2007, Juara 2 Lomba Cerpen Nasional 2008, Juara 1 Lomba Cipta Puisi 2009, Juara 3 Lomba Baca Puisi Provinsi 2009, Juara 1 Debat Konsep Pembangunan Daerah 2010, dan Juara 2 Karya Tarian Kreasi Baru 2010.
Kemudian Juara Peragaan Busana Fashion Putri Daerah 2011, Nominasi 3 Besar Icon Busana Nasional 2011, Juara 1 Lomba Pidato Hari Anak Nasional 2011, Juara 2 Lomba Karya Ilmiah dan Sains Terapan 2012.
Lalu Medali Perunggu Olimpiade Sains Astronomi 2012, Juara Karya Tulis Sastra Nasional 2012, Juara 1 Lomba Pidato Remaja Hari Kebangkitan Nasional 2012, dan Juara Essay Nasional Hari Perdamaian Dunia 2012.
Sedangkan kegiatannya sebagai Pimpinan Redaksi Majalah Anak (SuaraAnak Maluku), Pengurus Forum Anak Maluku, Ketua Forum Perdamaian (Kapata Damai), Penerjemah Bahasa, pemandu wisata, Penulis Sastra (Puisi, Prosa, Novel), Instruktur Club Teater, Penyiar Radio Swasta – SiaranAnak, Reporter/Presenter/Host, Icon Clip Flim Documenter. (djo)
Keterbatasan materi keluarga tak membuat anak-anak ini patah semangat.
Gayatri, siswi SMA Siwalima, Ambon ini menguasai Bahasa Inggris,
Perancis, Jerman, Korea, Jepang, India, Italia, Spanyol, Belanda,
Mandarin, Arab, Rusia, dan Tagalog. Semua bahasa ini dia pelajari secara
otodidak alias belajar tanpa guru.
---
FORUM Anak Nasional (FAN) 2013 melahirkan banyak prestasi, bukan saja di tingkat nasional melainkan internasional. Sebut saja Gayatri Wailissa yang berasal dari Ambon, dan Nurul Indriyani asal Grobogan, Jawa Tengah yang membanggakan bangsa ini.
Gayatri tampil menjadi juru bicara anak dalam pertemuan Asia Pasifik. Sedangkan Nurul Indriyani mewakili anak-anak se-Asia Pasifik di forum International Day of The Girl, di Markas PBB, New York, Amerika Serikat, pada 11 Oktober 2012.
Nurul yang duduk Kelas 1 Madrasah Aliyah Mamba’ul Ulum, Kabupaten Demak ini mewakili anak-anak perempuan di wilayah Asia Pasifik mendapat apresiasi dari Pemerintah Indonesia. Melalui Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, pemerintah menyatakan dukungannya atas keikutsertaan Nurul di forum internatonal PBB ini. Forum ini merupakan event resmi PBB untuk memperjuangkan keadilan dan kesetaraan bagi anak perempuan di dunia.
Adapun Gayatri Wailissa terlahir dari keluarga sederhana, namun bukan menjadi halangan baginya untuk mencapai prestasi tinggi. Ayahnya Deddy Darwis Wailissa perajin kaligrafi, sedangkan ibunya Nurul Idawaty ibu rumah tangga biasa. Keterbatasan materi keluarga tak membuat Gayatri patah semangat.
Segala kemampuan yang ada dalam dirinya dikembangkan. Bakat seni hingga kemampuan berbagai bahasa, semuanya digali dari dirinya dengan cara yang sederhana. Kemauan besarlah yang membuatnya mampu menghalau semua rintangan yang ada. Kemampuan menari, baca puisi, serta teater. Yang paling menakjubkan kemampuannya bermain biola.
Gayatri mampu berbahasa asing dengan 11 bahasa dunia, Inggris, Perancis, Jerman, Korea, Jepang, India, Italia, Spanyol, Belanda, Mandarin, dan Arab. Saat ini sedang belajar Bahasa Rusia dan Bahasa Tagalog dari Filipina. Semua bahasa ini dia pelajari secara otodidak alias belajar tanpa guru.
“Saya suka nonton film kartun dan mendengar lagu bahasa asing, rasa penasaran saya akan bahasa membuat saya mencari tahu arti dan bagaimana mengucapkannya, dari buku saya pelajari tata bahasanya dari film dan lagu saya pelajari pengucapannya dan dari kamus saya hafalin kosa katanya,” begitu Gayatri di sela-sela Forum Anak Nasional (FAN) 2013, yang digelar di Yogyakarta, 24-26 Juni 2013.
“Karena di Ambon, tempat kursus bahasa sulit apalagi saya tidak punya biaya, makanya begitulah cara saya mempelajari bahasa asing,’’sambung gadis yang telah menguasai empat bahasa asing di usia 13 tahun ini.
Dari kemampuannya ini, Gayatri mencoba berbagai upaya. Dia bahkan menjadi salah satu siswa unggulan yang berhasil masuk seleksi untuk menjadi duta anak, mulai dari tingkat provinsi hingga tingkat nasional, dari seleksi kepribadian hingga kemampuan intelektual, dia lantas masuk 10 besar terpilih mengikuti seleksi mewakili Indonesia menjadi Duta ASEAN untuk anak tahun 2012-2013.
Gayatri, kemudian terpilih mewakili Indonesia ke tingkat ASEAN dan mengikuti pertemuan anak di Thailand dalam Convention On The Right of The Child (CRC) atau Konvensi Hak-hak Anak tingkat ASEAN. Untuk pertama kalinya seorang anak Maluku, mengemban tugas negara dan menjadi delegasi tunggal. Dalam forum ASEAN ini, Gayatri mendapat tempat terhormat dan disapa doktor karena kemampuan 11 bahasa asing yang dikuasainya itu.
‘’Karena hanya saya yang mampu menguasai 11 bahasa. Saya diminta membantu menerjemahkan ketika peserta forum anak ingin menyampaikan sesuatu, saya lantas diberi gelar doktor karena kemampuan saya itu,’’ kata Gayatri yang pernah menjabat pemimpin redaksi untuk Koran Suara Anak Maluku.
Gayatri merasa miris, sebagai putri kelahiran Maluku, dan menyandang marga Wailissa, dia seperti anak tiri di tanah kelahirannya. “Secara nasional, orang mengenal saya sebagai Duta ASEAN untuk anak asal Maluku, dan saya bangga karena saya terlahir sebagai putri Maluku,” paparnya.
“Saya ingin menjadi diplomat termuda sebelum usia 20 tahun,’’harapnya.
Kini Gayatri masih menjalani pendidikan di SMA Siwalima, SMA unggulan di Maluku. Banyak rintangan yang dihadapi, tapi prinsipnya luar biasa dan selalu memotivasi dirinya,
‘’Berpikir dan berbuatlah di luar kotak, jika masih berpikir di dalam kotak pasti akan terbentur empat sisi kotak, takkan bisa kemana-mana, tapi jika bisa berpikir out of box, kita akan menjadi manusia merdeka yang mampu berpikir terbuka,’’ pungkasnya.
Gayatri meraih sejumlah prestasi di antaranya Juara 1 Kompetisi Cerita Rakyat 2006, Juara Bertutur Kanak-kanak 2007, Juara 2 Lomba Cerpen Nasional 2008, Juara 1 Lomba Cipta Puisi 2009, Juara 3 Lomba Baca Puisi Provinsi 2009, Juara 1 Debat Konsep Pembangunan Daerah 2010, dan Juara 2 Karya Tarian Kreasi Baru 2010.
Kemudian Juara Peragaan Busana Fashion Putri Daerah 2011, Nominasi 3 Besar Icon Busana Nasional 2011, Juara 1 Lomba Pidato Hari Anak Nasional 2011, Juara 2 Lomba Karya Ilmiah dan Sains Terapan 2012.
Lalu Medali Perunggu Olimpiade Sains Astronomi 2012, Juara Karya Tulis Sastra Nasional 2012, Juara 1 Lomba Pidato Remaja Hari Kebangkitan Nasional 2012, dan Juara Essay Nasional Hari Perdamaian Dunia 2012.
Sedangkan kegiatannya sebagai Pimpinan Redaksi Majalah Anak (SuaraAnak Maluku), Pengurus Forum Anak Maluku, Ketua Forum Perdamaian (Kapata Damai), Penerjemah Bahasa, pemandu wisata, Penulis Sastra (Puisi, Prosa, Novel), Instruktur Club Teater, Penyiar Radio Swasta – SiaranAnak, Reporter/Presenter/Host, Icon Clip Flim Documenter. (djo)
---
FORUM Anak Nasional (FAN) 2013 melahirkan banyak prestasi, bukan saja di tingkat nasional melainkan internasional. Sebut saja Gayatri Wailissa yang berasal dari Ambon, dan Nurul Indriyani asal Grobogan, Jawa Tengah yang membanggakan bangsa ini.
Gayatri tampil menjadi juru bicara anak dalam pertemuan Asia Pasifik. Sedangkan Nurul Indriyani mewakili anak-anak se-Asia Pasifik di forum International Day of The Girl, di Markas PBB, New York, Amerika Serikat, pada 11 Oktober 2012.
Nurul yang duduk Kelas 1 Madrasah Aliyah Mamba’ul Ulum, Kabupaten Demak ini mewakili anak-anak perempuan di wilayah Asia Pasifik mendapat apresiasi dari Pemerintah Indonesia. Melalui Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, pemerintah menyatakan dukungannya atas keikutsertaan Nurul di forum internatonal PBB ini. Forum ini merupakan event resmi PBB untuk memperjuangkan keadilan dan kesetaraan bagi anak perempuan di dunia.
Adapun Gayatri Wailissa terlahir dari keluarga sederhana, namun bukan menjadi halangan baginya untuk mencapai prestasi tinggi. Ayahnya Deddy Darwis Wailissa perajin kaligrafi, sedangkan ibunya Nurul Idawaty ibu rumah tangga biasa. Keterbatasan materi keluarga tak membuat Gayatri patah semangat.
Segala kemampuan yang ada dalam dirinya dikembangkan. Bakat seni hingga kemampuan berbagai bahasa, semuanya digali dari dirinya dengan cara yang sederhana. Kemauan besarlah yang membuatnya mampu menghalau semua rintangan yang ada. Kemampuan menari, baca puisi, serta teater. Yang paling menakjubkan kemampuannya bermain biola.
Gayatri mampu berbahasa asing dengan 11 bahasa dunia, Inggris, Perancis, Jerman, Korea, Jepang, India, Italia, Spanyol, Belanda, Mandarin, dan Arab. Saat ini sedang belajar Bahasa Rusia dan Bahasa Tagalog dari Filipina. Semua bahasa ini dia pelajari secara otodidak alias belajar tanpa guru.
“Saya suka nonton film kartun dan mendengar lagu bahasa asing, rasa penasaran saya akan bahasa membuat saya mencari tahu arti dan bagaimana mengucapkannya, dari buku saya pelajari tata bahasanya dari film dan lagu saya pelajari pengucapannya dan dari kamus saya hafalin kosa katanya,” begitu Gayatri di sela-sela Forum Anak Nasional (FAN) 2013, yang digelar di Yogyakarta, 24-26 Juni 2013.
“Karena di Ambon, tempat kursus bahasa sulit apalagi saya tidak punya biaya, makanya begitulah cara saya mempelajari bahasa asing,’’sambung gadis yang telah menguasai empat bahasa asing di usia 13 tahun ini.
Dari kemampuannya ini, Gayatri mencoba berbagai upaya. Dia bahkan menjadi salah satu siswa unggulan yang berhasil masuk seleksi untuk menjadi duta anak, mulai dari tingkat provinsi hingga tingkat nasional, dari seleksi kepribadian hingga kemampuan intelektual, dia lantas masuk 10 besar terpilih mengikuti seleksi mewakili Indonesia menjadi Duta ASEAN untuk anak tahun 2012-2013.
Gayatri, kemudian terpilih mewakili Indonesia ke tingkat ASEAN dan mengikuti pertemuan anak di Thailand dalam Convention On The Right of The Child (CRC) atau Konvensi Hak-hak Anak tingkat ASEAN. Untuk pertama kalinya seorang anak Maluku, mengemban tugas negara dan menjadi delegasi tunggal. Dalam forum ASEAN ini, Gayatri mendapat tempat terhormat dan disapa doktor karena kemampuan 11 bahasa asing yang dikuasainya itu.
‘’Karena hanya saya yang mampu menguasai 11 bahasa. Saya diminta membantu menerjemahkan ketika peserta forum anak ingin menyampaikan sesuatu, saya lantas diberi gelar doktor karena kemampuan saya itu,’’ kata Gayatri yang pernah menjabat pemimpin redaksi untuk Koran Suara Anak Maluku.
Gayatri merasa miris, sebagai putri kelahiran Maluku, dan menyandang marga Wailissa, dia seperti anak tiri di tanah kelahirannya. “Secara nasional, orang mengenal saya sebagai Duta ASEAN untuk anak asal Maluku, dan saya bangga karena saya terlahir sebagai putri Maluku,” paparnya.
“Saya ingin menjadi diplomat termuda sebelum usia 20 tahun,’’harapnya.
Kini Gayatri masih menjalani pendidikan di SMA Siwalima, SMA unggulan di Maluku. Banyak rintangan yang dihadapi, tapi prinsipnya luar biasa dan selalu memotivasi dirinya,
‘’Berpikir dan berbuatlah di luar kotak, jika masih berpikir di dalam kotak pasti akan terbentur empat sisi kotak, takkan bisa kemana-mana, tapi jika bisa berpikir out of box, kita akan menjadi manusia merdeka yang mampu berpikir terbuka,’’ pungkasnya.
Gayatri meraih sejumlah prestasi di antaranya Juara 1 Kompetisi Cerita Rakyat 2006, Juara Bertutur Kanak-kanak 2007, Juara 2 Lomba Cerpen Nasional 2008, Juara 1 Lomba Cipta Puisi 2009, Juara 3 Lomba Baca Puisi Provinsi 2009, Juara 1 Debat Konsep Pembangunan Daerah 2010, dan Juara 2 Karya Tarian Kreasi Baru 2010.
Kemudian Juara Peragaan Busana Fashion Putri Daerah 2011, Nominasi 3 Besar Icon Busana Nasional 2011, Juara 1 Lomba Pidato Hari Anak Nasional 2011, Juara 2 Lomba Karya Ilmiah dan Sains Terapan 2012.
Lalu Medali Perunggu Olimpiade Sains Astronomi 2012, Juara Karya Tulis Sastra Nasional 2012, Juara 1 Lomba Pidato Remaja Hari Kebangkitan Nasional 2012, dan Juara Essay Nasional Hari Perdamaian Dunia 2012.
Sedangkan kegiatannya sebagai Pimpinan Redaksi Majalah Anak (SuaraAnak Maluku), Pengurus Forum Anak Maluku, Ketua Forum Perdamaian (Kapata Damai), Penerjemah Bahasa, pemandu wisata, Penulis Sastra (Puisi, Prosa, Novel), Instruktur Club Teater, Penyiar Radio Swasta – SiaranAnak, Reporter/Presenter/Host, Icon Clip Flim Documenter. (djo)
Keterbatasan materi keluarga tak membuat anak-anak ini patah semangat.
Gayatri, siswi SMA Siwalima, Ambon ini menguasai Bahasa Inggris,
Perancis, Jerman, Korea, Jepang, India, Italia, Spanyol, Belanda,
Mandarin, Arab, Rusia, dan Tagalog. Semua bahasa ini dia pelajari secara
otodidak alias belajar tanpa guru.
---
FORUM Anak Nasional (FAN) 2013 melahirkan banyak prestasi, bukan saja di tingkat nasional melainkan internasional. Sebut saja Gayatri Wailissa yang berasal dari Ambon, dan Nurul Indriyani asal Grobogan, Jawa Tengah yang membanggakan bangsa ini.
Gayatri tampil menjadi juru bicara anak dalam pertemuan Asia Pasifik. Sedangkan Nurul Indriy
---
FORUM Anak Nasional (FAN) 2013 melahirkan banyak prestasi, bukan saja di tingkat nasional melainkan internasional. Sebut saja Gayatri Wailissa yang berasal dari Ambon, dan Nurul Indriyani asal Grobogan, Jawa Tengah yang membanggakan bangsa ini.
Gayatri tampil menjadi juru bicara anak dalam pertemuan Asia Pasifik. Sedangkan Nurul Indriy
Gayatri Wailissa, Duta yang Fasih 11 Bahasa
JAKARTA 9Pos Kota) - Usianya baru 16 tahun, tetapi Gayatri Wailissa, gadis belia asal Maluku sudah memiliki segudang prestasi. Anak kedua pasangan Deddy Darwis Wailissa, pengrajin kaligrafi dan Nurul Idawaty, terpilih menjadi duta ASEAN untuk bidang anak.
Ia sekaligus mewakili anak-anak Indonesia dalam forum dunia tersebut.
“Gayatri anak yang luar biasa. Indonesia beruntung memiliki generasi muda seperti dia,” kata Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP dan PA) Linda Amaliasari usai menerima Gayatri Wailissa di kantornya.
Kekaguman Linda terhadap Gayatri sangat beralasan. Sebab siswi kelas 2 SMA Siwalima Maluku tersebut, selain berprestasi dalam bidang akademik, juga mampu menguasai 11 bahasa asing dengan baik dan fasih.
Mulai dari bahasa Inggris, Italia, Spanyol, Belanda, Mandarin, Arab, Jerman, Perancis, Korea, Jepang, hingga bahasa India. Saat ini ia tengah belajar Bahasa Rusia dan Tagalog.
Kemampuan linguistiknya tersebut diperoleh Gayatri bukan dengan kursus. Ia hanya belajar melalui lagu, film dan buku-buku secara otodidak.
“Orangtua saya tak punya banyak uang untuk membiayai segala keinginan dan cita-citta saya,” katanya.
Tak hanya kemampuan linguistik, Gayatri juga menguasai banyak kesenian seperti baca puisi, teater dan drama. Lihai pula memainkan biola dan menulis.
Bagi Gayatri, kehidupan ekonomi orangtua yang pas-pasan tak lantas membuatnya patah semangat. Segala cara dilakukan agar ia memiliki kemampuan dan prestasi yang luar biasa.
Gayatri mulai mendunia saat berhasil masuk seleksi untuk menjadi duta anak, mulai dari tingkat provinsi hingga tingkat nasional. Melalui seleksi kepribadian hingga kemampuan intelektual, ia berhasil masuk 10 besar siswa yang bakal mewakili Indonesia menjadi Duta ASEAN untuk anak tahun 2012-2013.
Dari seleksi tersebut akhirnya Gayatri terpilih mewakili Indonesia ke tingkat Asean dan mengikuti pertemuan anak di Thailand dalam Convention on the Right of the Child (CRC) atau Konvensi Hak-Hak Anak tingkat ASEAN.
Dalam forum internasional tersebut ia mendapat gelar doktor dari peserta forum karena kemampuannya menguasai 11 bahasa. “Saya banyak ditunjuk menjadi penerjemah,” lanjutnya.
Prestasinya yang mendunia tersebut bukan tanpa halangan. Gayatri boleh dikata memiliki motivasi untuk maju dari diri sendiri. Sebab Pemprov Maluku sendiri hampir-hampir tak memberikan bantuan apa-apa. Bahkan support pun tidak.
“Apapun halangannya, life must go on, hidup harus terus berjalan,” ungkapnya.
Untuk memotivasi dirinya, Gayatri selalu mencoba berpikir dan berbuat di luar kotak. Sebab jika masih berpikir di dalam kotak pasti akan terbentur empat sisi kotak, tak akan bisa ke mana-mana.
“Tapi jika bisa berpikir out of box, kita akan menjadi manusia merdeka yang mampu berpikir terbuka,”pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar