Kamis, 28 Februari 2013
Selasa, 26 Februari 2013
Misteri Danau Tarusan Kamang
Setumpuk
Pohon Penuh Misteri di Gundukan Tanah di Tengah Genangan Tarusan
Kamang".....(ketika air muncul dan menggenang begitu
luasnya..seberapapun tinggi dan besarnya air, namun pohon yg satu di
tengah pulau ini tak pernah ikut terendam oleh air...pohon dan
rerimbunan akar ini seakan ikut mengapung....berada tetap diatas
permukaan air...) Subhanallah...!
AGAM, Kabupaten Agam merupakan salah satu Kabupaten terlengkap akan Sumber Daya Alamnya di Provinsi Sumatera Barat. Hal itu, terbukti dari geografis alam, antara lain memiliki pantai, danau, gunung, lembah, hingga kawasan pariwisata seperti Lawang Park, Janjang Koto Gadang dan tempat wisata lainnya.
Namun, kenyataannya masih ada setumpuk misteri yang sekian waktu tersembunyi di Ranah Agam bisa disebut dengan "Laksana Kristal Bening yang Belum Diasah", yang masih jarang dibicarakan oleh orang banyak, dimana sebenarnya memiliki keindahan dan kekayaan akan alamnya, yaitu danau Tarusan Kamang yang terletak di Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Danau Tarusan Kamang menurut cerita masyarakat setempat merupakan danau yang penuh dengan teka-teki dan misterius tentang kondisi alamnya yang berubah-ubah, memiliki luas sekitar 675 meter dan panjang 1,5 kilometer.
Suarni (61) misalnya, mengungkapkan, fenomena alam yang menakjubkan di danau Tarusan Kamang adalah menghilangnya air danau kedalam perut bumi dan muncul di celah padang rumput yang hijau, tanpa bisa menebak waktunya.
"Tidak seorangpun yang tahu pasti, kapan danau ini menggenang dan kapan akan mengering lagi jadi padang rumput. Satu-satunya yang sering menjadi isyarat bagi kamai adalah adanya bunyi dentuman di pojok danau.
"Bila pada suatu waktu terdengar bunyi dentuman, itu pertanda esok harinya akan muncul air dan menggenang membentuk danau," ungkap suarni yang kesehariannya sebagai petani dan pengembala ternak.
Dia menambahkan, tidak ada sungai di danau Tarusan ini, air muncul dan menghilang begitu saja ke perut bumi. Ketika air mulai menggenang, maka ikan-ikan dan sejenis udang pun bermunculan. Konon dulunya ikan-ikan di danau Tarusan cukup besar, tapi kini hanya tinggal ikan-ikan kecil yang dikenal dengan "Pantau Tarusan".
Dia menjelaskan, dari hasil penelitian ada sebuah lobang di celah bebatuan di pojok danau, namun diperkirakan tidak sepenuhnya menjadi alasan air muncul dan menghilang di sana.
"Kita melihat, ada efek pelarutan air yang terjadi di dalam tanah sehingga air bisa meresap dan timbul begitu saja, dan tidak dipengaruhi karena cuaca, "kalau airnya mau keluar, ya keluar, kalau tidak ya tidak, tidak tergantung pada musim hujan atau kemarau, "tukas Prof. Handang.
Disisi lain, Prof. Handang menemukan bahwa di danau Tarusan Kamang terdapat di zona patahan Sumatera bagian timur, sehingga itu menjadi salah satu alasan air datang dan mengering.
Menurut dia, penelitian yang dilakukan tidak sampai satu hari saja karena masih banyak lagi terdapat fenomena alam yang harus digali di danau Tarusan Kamang . Seperti, terdapatnya bongkahan batuan kapur (gamping) di tepi-tepi danau Tarusan yang berusia sekitar ratusan abad.
Ditemukannya bongkahan batu kapur tersebut, Prof. Handang dan Bupati Agam Indra Catri bersama puluhan fotografer dan jurnalistik takjub melihat adanya batuan kapur tersebut.
"Baru pertama kali saya menemukan batu kapur di danau, karena biasanya batu kapur terdapat di daerah pantai. Ini menunjukkan, bahwa ratusan abad yang lalu danau Tarusan Kamang ini dahulunya merupakan lautan," tukasnya.
Diprediksi, batu kapur tersebut berusia sekitar ratusan abad, dan memiliki kandungan mineral COCA 2. Dia menambahkan, wilayah Pulau Sumatera diakui dengan batu kapur yang lebih tua dibanding batu kapur yang berada di daerah Pulau Jawa.
Dia berpesan, "Semakin banyak kita menggali misteri alam, maka semakin bersyukurlah kita kepada Allah SWT".
Karena, danau Tarusan Kamang tidak hanya memiliki potensi alam saja, melainkan terdapat fenomena alam yang unik, fotografi, dan terbang layang. Sehingga dengan adanya tiga dimensi tersebut Masyarakat Agam, khususnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi (economic growth) Masyarakat Kamang Magek, karena ekspedisi dan promosi ini dengan sendirinya para pelancong baik lokal maupun mancanegara akan datang ke sini, papar Bupati Agam dengan nada meyakinkan.
Pengunjung yang datang tidak hanya berasal dari pelancong saja, melainkan berasal dari para Pakar Geologi guna melakukan penelitian.
Bupati berharap, dengan adanya potensi alam seperti ini, masyarakat sekitar danau Tarusan Kamang untuk terus menggali objek alam, serta menjaga dan melestarikannya secara berkelanjutan, karena terdapat vegetasi Sumber Daya Alam yang lengkap.
Sebelum itu, Bupati berpesan kepada masyarakat untuk tidak melakukan tindakan kalau tidak tahu sebenarnya potensi alam yang dimiliki danau Tarusan karena dengan ketidaktahuan itu, nantinya akan menyebabkan kerusakan.
AGAM, Kabupaten Agam merupakan salah satu Kabupaten terlengkap akan Sumber Daya Alamnya di Provinsi Sumatera Barat. Hal itu, terbukti dari geografis alam, antara lain memiliki pantai, danau, gunung, lembah, hingga kawasan pariwisata seperti Lawang Park, Janjang Koto Gadang dan tempat wisata lainnya.
Namun, kenyataannya masih ada setumpuk misteri yang sekian waktu tersembunyi di Ranah Agam bisa disebut dengan "Laksana Kristal Bening yang Belum Diasah", yang masih jarang dibicarakan oleh orang banyak, dimana sebenarnya memiliki keindahan dan kekayaan akan alamnya, yaitu danau Tarusan Kamang yang terletak di Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Danau Tarusan Kamang menurut cerita masyarakat setempat merupakan danau yang penuh dengan teka-teki dan misterius tentang kondisi alamnya yang berubah-ubah, memiliki luas sekitar 675 meter dan panjang 1,5 kilometer.
Suarni (61) misalnya, mengungkapkan, fenomena alam yang menakjubkan di danau Tarusan Kamang adalah menghilangnya air danau kedalam perut bumi dan muncul di celah padang rumput yang hijau, tanpa bisa menebak waktunya.
"Tidak seorangpun yang tahu pasti, kapan danau ini menggenang dan kapan akan mengering lagi jadi padang rumput. Satu-satunya yang sering menjadi isyarat bagi kamai adalah adanya bunyi dentuman di pojok danau.
"Bila pada suatu waktu terdengar bunyi dentuman, itu pertanda esok harinya akan muncul air dan menggenang membentuk danau," ungkap suarni yang kesehariannya sebagai petani dan pengembala ternak.
Dia menambahkan, tidak ada sungai di danau Tarusan ini, air muncul dan menghilang begitu saja ke perut bumi. Ketika air mulai menggenang, maka ikan-ikan dan sejenis udang pun bermunculan. Konon dulunya ikan-ikan di danau Tarusan cukup besar, tapi kini hanya tinggal ikan-ikan kecil yang dikenal dengan "Pantau Tarusan".
Dia menjelaskan, dari hasil penelitian ada sebuah lobang di celah bebatuan di pojok danau, namun diperkirakan tidak sepenuhnya menjadi alasan air muncul dan menghilang di sana.
"Kita melihat, ada efek pelarutan air yang terjadi di dalam tanah sehingga air bisa meresap dan timbul begitu saja, dan tidak dipengaruhi karena cuaca, "kalau airnya mau keluar, ya keluar, kalau tidak ya tidak, tidak tergantung pada musim hujan atau kemarau, "tukas Prof. Handang.
Disisi lain, Prof. Handang menemukan bahwa di danau Tarusan Kamang terdapat di zona patahan Sumatera bagian timur, sehingga itu menjadi salah satu alasan air datang dan mengering.
Menurut dia, penelitian yang dilakukan tidak sampai satu hari saja karena masih banyak lagi terdapat fenomena alam yang harus digali di danau Tarusan Kamang . Seperti, terdapatnya bongkahan batuan kapur (gamping) di tepi-tepi danau Tarusan yang berusia sekitar ratusan abad.
Ditemukannya bongkahan batu kapur tersebut, Prof. Handang dan Bupati Agam Indra Catri bersama puluhan fotografer dan jurnalistik takjub melihat adanya batuan kapur tersebut.
"Baru pertama kali saya menemukan batu kapur di danau, karena biasanya batu kapur terdapat di daerah pantai. Ini menunjukkan, bahwa ratusan abad yang lalu danau Tarusan Kamang ini dahulunya merupakan lautan," tukasnya.
Diprediksi, batu kapur tersebut berusia sekitar ratusan abad, dan memiliki kandungan mineral COCA 2. Dia menambahkan, wilayah Pulau Sumatera diakui dengan batu kapur yang lebih tua dibanding batu kapur yang berada di daerah Pulau Jawa.
Dia berpesan, "Semakin banyak kita menggali misteri alam, maka semakin bersyukurlah kita kepada Allah SWT".
Karena, danau Tarusan Kamang tidak hanya memiliki potensi alam saja, melainkan terdapat fenomena alam yang unik, fotografi, dan terbang layang. Sehingga dengan adanya tiga dimensi tersebut Masyarakat Agam, khususnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi (economic growth) Masyarakat Kamang Magek, karena ekspedisi dan promosi ini dengan sendirinya para pelancong baik lokal maupun mancanegara akan datang ke sini, papar Bupati Agam dengan nada meyakinkan.
Pengunjung yang datang tidak hanya berasal dari pelancong saja, melainkan berasal dari para Pakar Geologi guna melakukan penelitian.
Bupati berharap, dengan adanya potensi alam seperti ini, masyarakat sekitar danau Tarusan Kamang untuk terus menggali objek alam, serta menjaga dan melestarikannya secara berkelanjutan, karena terdapat vegetasi Sumber Daya Alam yang lengkap.
Sebelum itu, Bupati berpesan kepada masyarakat untuk tidak melakukan tindakan kalau tidak tahu sebenarnya potensi alam yang dimiliki danau Tarusan karena dengan ketidaktahuan itu, nantinya akan menyebabkan kerusakan.
Senin, 25 Februari 2013
Minggu, 24 Februari 2013
Cara Memilih Ikan Asin Yang Bermutu Baik
Cara Memilih Ikan Asin Yang Bermutu Baik
1. Jika untuk digunakan dalam waktu beberapa minggu, pilih ikan asin yang benar-benar kering dari air ataupun dari lemak.
2. Pilih ikan asin yang bersih, bau dan rasanya khas dan teksturnya keras.
3. Hindari ikan asin yang berbau tengik dan permukaannya kotor atau ditumbuhi jamur.
4. Perhatikan kemasannya, simpan di wadah bersih kedap udara untuk menghambat oksidasi dan kuman masuk.
5. Jauhkan dari sinar matahari ketika disimpan di wadah kedap udara.
6. Sebelum digunakan rendam di air panas terlebih dahulu untuk melunakan, mengurangi kadar garamnya dan menghilangkan kotoran yang mungkin menempel di permukaannya namun tak terlihat oleh kita.
Ok sekian sharing saya.. Semoga membantu (∩_∩)
Tentang Rinuak Danau Maninjau..
Abon merupakan salah
satu jenis makanan awetan berasal dari daging (sapi, kerbau, ikan laut) yang
disuwir-suwir dengan berbentuk serabut atau dipisahkan dari seratnya. Kemudian
ditambahkan dengan bumbu-bumbu selanjutnya digoreng. Dalam SNI 01-3707-1995
disebutkan abon adalah suatu jenis makanan kering berbentuk khas, dibuat dari
daging, direbus disayat-sayat, dibumbui, digoreng dan dipres.
Abon sebenarnya
merupakan produk daging awet yang sudah lama dikenal masyarakat. Data BPS
(1993) dalam Sianturi (2000) menunjukan bahwa abon merupakan produk nomor empat
terbanyak diproduksi. Abon termasuk makanan ringan atau lauk yang siap saji.
Produk tersebut sudah dikenal oleh masyarakat umum sejak dulu. Abon dibuat dari
daging yang diolah sedemikian rupa sehingga memiliki karakteristik kering,
renyah dan gurih. Pada umumnya daging yang digunakan dalam pembuatan abon yaitu
daging sapi atau kerbau.
Abon ikan adalah jenis
makanan awetan yang terbuat dari ikan laut yang diberi bumbu, diolah dengan
cara perebusan dan penggorengan. Produk yang dihasilkan mempunyai bentuk
lembut, rasa enak, bau khas, dan mempunyai daya simpan yang relatif
lama. Menurut Suryani (2007) Abon ikan merupakan jenis makanan olahan ikan yang
diberi bumbu, diolah dengan cara perebusan dan penggorengan.
Produk yang dihasilkan
mempunyai bentuk lembut, rasa enak, bau khas, dan mempunyai daya simpan yang
relatif lama. Karyono dan Wachid (1982) menyatakan, abon ikan adalah produk
olahan hasil perikanan yang dibuat dari daging ikan, melalui kombinasi dari
proses penggilingan, penggorengan, pengeringan dengan cara menggoreng, serta
penambahan bahan pembantu dan bahan penyedap terhadap daging ikan. Seperti
halnya produk abon yang terbuat dari daging ternak, abon ikan cocok dikonsumsi
sebagai pelengkap makan roti ataupun sebagai lauk-pauk.
Berdasarkan
uraian diatas maka penulis tertarik untuk membuat abon yang berbahan dasar ikan
yang ada di air tawar yaitu yang berada di danau maninjau yaitu ikan
rinuakdimana ikan ini hanya terdapat di Danau Maninjau. Rinuak adalah ikan
kecil-kecil yang hidup di air tawar yang ukuranya kira-kira lebih kurang 1cm
Salju abadi Ada di Indonesia
Puncak Jayawijaya (Carstensz Pyramide)
Kabupaten Puncak Jaya - Papua - Indonesia
A. Selayang Pandang
Jika Anda menyangka bahwa di daerah tropis tak akan menemukan pegunungan yang diselimuti salju, Anda dapat meralat anggapan tersebut setelah berkunjung ke Puncak Jayawijaya, puncak tertinggi di Pegunungan Sudirman (Sudirman Range) di Provinsi Papua. Puncak Jayawijaya atau yang lebih singkat disebut Puncak Jaya, memiliki ketinggian mencapai + 4.884 meter di atas permukaan laut (dpl), sehingga memungkinkan daerah ini diselimuti oleh salju abadi.
Namun, salju abadi tersebut diperkirakan bakal menyusut, bahkan mengering. Dalam sejumlah penelitian disimpulkan bahwa endapan es di pegunungan ini dari tahun ke tahun mengalami penyusutan yang serius. Penyusutan salju di Pegunungan Sudirman ini diakibatkan oleh pemanasan global. Sehingga, bukan tidak mungkin kelak pegunungan ini akan kehilangan salju seperti yang terjadi pada Gunung Kilimanjaro di Tanzania. Nah, sebelum perkiraan itu betul-betul menjadi nyata, tak ada salahnya Anda mencoba menaklukkan puncak tertinggi di Indonesia ini.
Selain dikenal dengan nama Puncak Jaya, puncak tertinggi ini juga terkenal dengan sebutan Carstensz Pyramide, atau Puncak Carstensz. Nama tersebut diambil dari seorang petualang dari negeri Belanda, yakni Jan Carstensz, yang pertama kali melihat adanya puncak gunung bersalju di daerah tropis, tepatnya di Pulau Papua. Pengamatan tersebut dilakukan oleh Jan Carstensz melalui sebuah kapal laut pada tahun 1623. Karena belum bisa dibuktikan dengan pengamatan langsung, laporan itu dianggap mengada-ada. Sebab, bagi orang Eropa, menemukan pegunungan bersalju di tanah tropis adalah sesuatu yang hampir mustahil.
Kebenaran laporan Carstensz terungkap setelah hampir tiga ratus tahun kemudian, ketika tahun 1899 sebuah ekspedisi Belanda membuat peta pulau Papua dan menemukan puncak gunung yang diselimuti salju sebagaimana dilaporkan oleh Carstensz. Untuk menghormati Carstensz, maka puncak gunung tersebut kemudian diberi nama sesuai namanya. Sedangkan sebutan Puncak Jayawijaya merupakan pemberian Presiden Soekarno setelah berhasil merengkuh kedaulatan Papua Barat dari Belanda. Nama ini mengandung makna “puncak kemenangan”, sebagai ungkapan syukur atas bersatunya Papua Barat dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pendaki pertama yang tercatat pernah menaklukkan Puncak Jaya adalah tim ekspedisi yang dipimpin oleh Heinrich Harrer pada tahun 1962. Heinrich Harrer adalah seorang pendaki ulung dan pengarang kawakan. Bukunya yang terkenal, Seven Years in Tibet, merupakan kisah nyata pengembaraan dan persahabatannya di pegunungan Himalaya, Tibet. Sebelum Harrer, sebetulnya telah banyak para pendaki lain yang mencoba melakukan pendakian, namun belum pernah ada yang berhasil. Setelah Heinrich Harrer, menyusul ekspedisi dari Indonesia berhasil mencapai puncak. Ekspedisi yang dipimpin oleh Letnal Kolonel Azwar Hamid dari Direktorat Topografi Angkatan Darat ini berhasil mencapai Puncak Jaya pada tahun 1964.
B. Keistimewaan
Gunung Jayawijaya dikenal sebagai salah satu dari tujuh puncak tertinggi dunia (seven summit). Oleh sebab itu, mendaki puncak setinggi 4.884 meter dpl merupakan cita-cita para pendaki sejati, apalagi pendakian ke Puncak Jaya merupakan penaklukan terhadap gunung yang berselimut salju. Berbagai rintangan yang disuguhkan dalam pendakian, seperti kondisi alam yang terjal, suhu yang sangat dingin, angin kencang dan hujan, serta minimnya oksigen di daerah ketinggian merupakan tantangan yang harus ditaklukkan oleh para pendaki.
Puncak Jayawijaya merupakan salah satu puncak gunung bersalju yang ada di perlintasan garis khatulistiwa, selain pegunungan di Afrika dan Amerika Latin. Jika dilihat dari udara, Puncak Jayawijaya nampak seperti permadani hitam yang diselimuti oleh tudung putih. Jika matahari sedang cerah, maka hamparan salju tersebut akan memantulkan cahaya mentari yang menyilaukan. Kandungan es di pegunungan ini diperkirakan mencapai 5 persen dari cadangan es dunia yang berada di luar Benua Antartika. Namun akibat pemanasan global, jumlah tersebut dari tahun ke tahun kian menyusut. Jika dilihat dari tipe gletsernya, kawasan bersalju di Jayawijaya masuk ke dalam tipe Alpine Glaciation. Sementara gletser (aliran lumeran salju) di wilayah ini masuk ke dalam tipe Valley Glacier, yaitu aliran gletser yang mengalir dari tempat tinggi menuju daerah yang lebih rendah. Oleh sebab itu, di daerah ini dimungkinkan terdapat aliran sungai es.
Tak hanya menikmati pesona alam bersalju di daerah tropis, di pegunungan ini wisatawan juga dapat menyaksikan langsung bukti-bukti geologis mengenai sejarah pembentukan Pegunungan Jayawijaya. Penelitian-penelitian geologi menemukan bukti-bukti empirik bahwa pegunungan ini semula merupakan dasar laut yang dalam. Seorang ahli geologi bernama Fransiskus Benediktus Widodo Margotomo menyebutkan bahwa pembentukan Pulau Papua dengan puncaknya di Jayawijaya terjadi sekitar 60 juta tahun yang lalu. Pulau ini terbentuk dari bebatuan sedimen yang terangkat akibat tumbukan lempeng Indo-Pasifik dan Indo-Australia di dasar laut, sehingga mengakibatkan dasar laut terangkat menjelma menjadi sebuah pulau besar. Bukti-bukti tersebut dapat dilihat dari fosil hewan-hewan laut yang tertinggal di bebatuan Pegunungan Jayawijaya. Oleh sebab itu, selain menjadi surga bagi para pendaki, kawasan ini juga merupakan surga bagi penelitian geologis.
Kabupaten Puncak Jaya - Papua - Indonesia
Puncak Jayawijaya atau Carstensz Pyramide
A. Selayang Pandang
Jika Anda menyangka bahwa di daerah tropis tak akan menemukan pegunungan yang diselimuti salju, Anda dapat meralat anggapan tersebut setelah berkunjung ke Puncak Jayawijaya, puncak tertinggi di Pegunungan Sudirman (Sudirman Range) di Provinsi Papua. Puncak Jayawijaya atau yang lebih singkat disebut Puncak Jaya, memiliki ketinggian mencapai + 4.884 meter di atas permukaan laut (dpl), sehingga memungkinkan daerah ini diselimuti oleh salju abadi.
Namun, salju abadi tersebut diperkirakan bakal menyusut, bahkan mengering. Dalam sejumlah penelitian disimpulkan bahwa endapan es di pegunungan ini dari tahun ke tahun mengalami penyusutan yang serius. Penyusutan salju di Pegunungan Sudirman ini diakibatkan oleh pemanasan global. Sehingga, bukan tidak mungkin kelak pegunungan ini akan kehilangan salju seperti yang terjadi pada Gunung Kilimanjaro di Tanzania. Nah, sebelum perkiraan itu betul-betul menjadi nyata, tak ada salahnya Anda mencoba menaklukkan puncak tertinggi di Indonesia ini.
Selain dikenal dengan nama Puncak Jaya, puncak tertinggi ini juga terkenal dengan sebutan Carstensz Pyramide, atau Puncak Carstensz. Nama tersebut diambil dari seorang petualang dari negeri Belanda, yakni Jan Carstensz, yang pertama kali melihat adanya puncak gunung bersalju di daerah tropis, tepatnya di Pulau Papua. Pengamatan tersebut dilakukan oleh Jan Carstensz melalui sebuah kapal laut pada tahun 1623. Karena belum bisa dibuktikan dengan pengamatan langsung, laporan itu dianggap mengada-ada. Sebab, bagi orang Eropa, menemukan pegunungan bersalju di tanah tropis adalah sesuatu yang hampir mustahil.
Lapisan es di Pegunungan Jayawijaya
Kebenaran laporan Carstensz terungkap setelah hampir tiga ratus tahun kemudian, ketika tahun 1899 sebuah ekspedisi Belanda membuat peta pulau Papua dan menemukan puncak gunung yang diselimuti salju sebagaimana dilaporkan oleh Carstensz. Untuk menghormati Carstensz, maka puncak gunung tersebut kemudian diberi nama sesuai namanya. Sedangkan sebutan Puncak Jayawijaya merupakan pemberian Presiden Soekarno setelah berhasil merengkuh kedaulatan Papua Barat dari Belanda. Nama ini mengandung makna “puncak kemenangan”, sebagai ungkapan syukur atas bersatunya Papua Barat dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pendaki pertama yang tercatat pernah menaklukkan Puncak Jaya adalah tim ekspedisi yang dipimpin oleh Heinrich Harrer pada tahun 1962. Heinrich Harrer adalah seorang pendaki ulung dan pengarang kawakan. Bukunya yang terkenal, Seven Years in Tibet, merupakan kisah nyata pengembaraan dan persahabatannya di pegunungan Himalaya, Tibet. Sebelum Harrer, sebetulnya telah banyak para pendaki lain yang mencoba melakukan pendakian, namun belum pernah ada yang berhasil. Setelah Heinrich Harrer, menyusul ekspedisi dari Indonesia berhasil mencapai puncak. Ekspedisi yang dipimpin oleh Letnal Kolonel Azwar Hamid dari Direktorat Topografi Angkatan Darat ini berhasil mencapai Puncak Jaya pada tahun 1964.
B. Keistimewaan
Gunung Jayawijaya dikenal sebagai salah satu dari tujuh puncak tertinggi dunia (seven summit). Oleh sebab itu, mendaki puncak setinggi 4.884 meter dpl merupakan cita-cita para pendaki sejati, apalagi pendakian ke Puncak Jaya merupakan penaklukan terhadap gunung yang berselimut salju. Berbagai rintangan yang disuguhkan dalam pendakian, seperti kondisi alam yang terjal, suhu yang sangat dingin, angin kencang dan hujan, serta minimnya oksigen di daerah ketinggian merupakan tantangan yang harus ditaklukkan oleh para pendaki.
Puncak Jayawijaya merupakan salah satu puncak gunung bersalju yang ada di perlintasan garis khatulistiwa, selain pegunungan di Afrika dan Amerika Latin. Jika dilihat dari udara, Puncak Jayawijaya nampak seperti permadani hitam yang diselimuti oleh tudung putih. Jika matahari sedang cerah, maka hamparan salju tersebut akan memantulkan cahaya mentari yang menyilaukan. Kandungan es di pegunungan ini diperkirakan mencapai 5 persen dari cadangan es dunia yang berada di luar Benua Antartika. Namun akibat pemanasan global, jumlah tersebut dari tahun ke tahun kian menyusut. Jika dilihat dari tipe gletsernya, kawasan bersalju di Jayawijaya masuk ke dalam tipe Alpine Glaciation. Sementara gletser (aliran lumeran salju) di wilayah ini masuk ke dalam tipe Valley Glacier, yaitu aliran gletser yang mengalir dari tempat tinggi menuju daerah yang lebih rendah. Oleh sebab itu, di daerah ini dimungkinkan terdapat aliran sungai es.
Tak hanya menikmati pesona alam bersalju di daerah tropis, di pegunungan ini wisatawan juga dapat menyaksikan langsung bukti-bukti geologis mengenai sejarah pembentukan Pegunungan Jayawijaya. Penelitian-penelitian geologi menemukan bukti-bukti empirik bahwa pegunungan ini semula merupakan dasar laut yang dalam. Seorang ahli geologi bernama Fransiskus Benediktus Widodo Margotomo menyebutkan bahwa pembentukan Pulau Papua dengan puncaknya di Jayawijaya terjadi sekitar 60 juta tahun yang lalu. Pulau ini terbentuk dari bebatuan sedimen yang terangkat akibat tumbukan lempeng Indo-Pasifik dan Indo-Australia di dasar laut, sehingga mengakibatkan dasar laut terangkat menjelma menjadi sebuah pulau besar. Bukti-bukti tersebut dapat dilihat dari fosil hewan-hewan laut yang tertinggal di bebatuan Pegunungan Jayawijaya. Oleh sebab itu, selain menjadi surga bagi para pendaki, kawasan ini juga merupakan surga bagi penelitian geologis.
Sabtu, 23 Februari 2013
MOHON DIBACA...KALENG MINUMAN ADA KOTORAN TIKUS
Awas Urine Tikus di Kaleng Minumanmu#
jangan dihapus pesan ini sebelum bagikan pada yang lain..
Pada Hari Minggu Satu Keluarga bertamasya dengan membawa beberapa kaleng minuman.Pada hari Senin, dua anggota keluarga dibawa ke rumah sakit dan ditempatkan di Ruang Intensive Care Unit.
Dia meninggal pada hari Rabu. Hasil autopsi menyimpulkan ia terkena Leptospirosis. Hal ini terlacak pada kaleng minuman yang diminumnya, tanpa menggunakan gelas. Hasil tes menunjukkan kaleng tersebut telah terinfeksi urin tikus yang sudah mengering yg mengandung leptospira.
Sangat dianjurkan agar membilas secara merata bagian atas semua kaleng minuman sebelum meminumnya. Kaleng biasanya disimpan di dalam gudang dan langsung diantarkan ke toko-toko tanpa dibersihkan. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa bagian atas semua kaleng minuman lebih terkontaminasi dibandingkan toilet umum (penuh kuman dan bakteri.)
Jadi, bersihkan dengan air sebelum memasukkannya ke mulut untuk menghindari segala jenis kecelakaan fatal.
Silakan bagikan kepada yang lainnya semoga bermanfaat
Jumat, 22 Februari 2013
Sekilas Tentang Danau Maninjau
Maninjau
adalah sebuah kaldera runtuhan terletak di Kabupaten Agam Sumatera
Barat sekitar 15 km dari Kota Bukit Tinggi (gambar 1). Tidak seperti
Danau Singkarak yang terbentuk akibat aktivitas sesar Sumatera, Maninjau
terbentuk oleh letusan besar gunung berapi. Gunung berapi tersebut
menghamburkan 220-250 km3
material piroklastika yang tersebar hingga lebih dari 75 km jauhnya
dari pusat letusan (lihat Pribadi, A. dkk., 2007). Kaldera Maninjau
(34,5 km x 12 km) ditempati oleh sebuah danau yang berukuran 8 km x 16,5
km (132 km2),
terletak di barat laut gunung api strato Singgalang – Tandikat
(Kemmerling, 1921 dalam Pribadi, A. dkk., 2007). Dinding kaldera
Maninjau mempunyai ketinggian 1200-1400 m dpl., atau 459 m dari
permukaan danau yang mempunyai kedalaman mencapai 157 m (Verbeek, 1883
dalam Pribadi, A. dkk., 2007).
Menurut Pribadi, A. dkk.(2007), Kaldera Maninjau terbentuk melalui proses seperti berikut:
Foto-foto
Menurut Pribadi, A. dkk.(2007), Kaldera Maninjau terbentuk melalui proses seperti berikut:
- Kaldera Maninjau berasal dari sebuah gunung api strato komposit yang berkembang di zona tektonik sistem Sesar Besar Sumatera.
- Erupsi Kaldera Maninjau diawali dengan proses pembongkaran sumbat kepundan (kubah lava?), dan erupsi tersebut ditafsirkan memiliki kolom erupsi yang tidak terlalu tinggi (A).
- Erupsi ini berlanjut dan disertai dengan runtuhan kolom erupsi (B) meluncur melalui lereng bagian atas gunung api ini, dan membentuk arus turbulen, proses ini menghasilkan endapan base-surge (a), yang kemudian disusul oleh pengendapan satuan ignimbrit (b), yang merupakan salah satu ciri khas dari sebuah letusan kaldera.
- Letusan paroksismal (klimaks) terjadi dengan memuntahkan material magma dalam jumlah besar, disertai dengan pembentukan kaldera runtuhan (C), yang dipicu oleh defisit massa batuan akibat keluarnya magma ke permukaan bumi secara cepat. Pada tahap ini ciri endapan letusan yang khas adalah kaya akan fragmen litik (c) yang berasal dari proses perusakan bagian kawah gunung api tersebut yang berkaitan dengan letusan paroksismal.
- Erupsi masih berlangsung dengan intensitas yang mulai menurun, dan sistem kepundan telah terbuka serta berlanjut dengan proses pencapaian kesetimbangan secara berangsur (D).
Foto-foto
KONSERVASI PENYU DI PULAU BALI
Pulau Penyu
Pulau Penyu merupakan sebuah pulau kecil untuk lokasi penangkaran penyu di Bali yang terletak di kawasan Tanjung Benoa, Nusa Dua Bali. Untuk menuju ke Pulau Penyu, anda harus menyewa perahu dari pantai Tanjung Benoa yang banyak disediakan oleh operator water sport. Selama perjalanan menuju Pulau Penyu anda dapat menyaksikan keindahan biota laut dari bawah perahu yang dirancang khusus dengan kaca atau sering disebut glass bottom boat. Di Pulau anda bisa melihat dari dekat penangkaran penyu mulai dari pengeraman telur penyu, pemeliharaan dan anda diperbolehkan bermain dengan penyu disana. Karena lokasinya yang berada di kawasan Tanjung Benoa, berbagai aktivitas lainnya bisa anda nikmati seperti bermain Jetski, Parasailing, Banana Boat, Flying fish dan aktivitas wisata air lainnya.Kamis, 21 Februari 2013
Langganan:
Postingan (Atom)